Nama
|
:
|
Prof. Dr. Ngainun Naim,
M.H.I.
|
Tempat Tanggal Lahir
|
:
|
Tulungagung, 19 Juli 1975
|
Alamat Kantor
|
:
|
IAIN Tulungagung, Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung
66221.
|
Alamat Rumah
|
:
|
Parakan RT 11 RW 04 Trenggalek
|
Pangkat/Jabatan/Golongan
|
:
|
Pembina Tk. 1/Guru Besar/(IV/b)
|
No Telp.
|
|
|
Kantor
|
:
|
0355-321513
|
HP
|
:
|
081311124546
|
NPWP
|
:
|
49.655.706.7-629.000
|
Rekening
|
:
|
BNI Tulungagung
0707402867
BRI
Tulungagung
0110-01-005262-53-1
|
e-mail
|
|
naimmas22@gmail.com
|
Riwayat Pendidikan Formal
|
|
§ SDN Sambidoplang Sumbergempol Tulungagung, lulus tahun 1988
§ MTsN Tunggangri Kalidawir Tulungagung, lulus tahun 1991
§ MAN Denanyar Jombang, lulus tahun 1994
§ S-1 STAIN Tulungagung, lulus 1998
§ S-2 Studi Islam Universitas Islam
Malang (UNISMA), lulus tahun 2002.
§ S3 Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, lulus tahun 2011.
|
Karya Tulis Buku
|
|
1. Menulis Itu Mudah (2021)
2. Islam Radikal dan Deradikalisasi (2020).
3. Aktualisasi Pemikiran Islam Multikultural (Akademia Pustaka, 2020).
4. Literasi dari Brunei Darussalam (Akademia Pustaka, 2020).
5. Spirit Literasi (Akademia Pustaka, 2019).
6. Teraju (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2017).
7. Proses Kreatif Penulisan Akademik (Akademika Pustaka, 2017).
8. Merawat Nusantara (Malang: Genius Media, 2017).
9. Menipu Setan, Kita Waras di Zaman Edan (Jakarta: Quanta, 2015).
10. The Power of Reading (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2013).
11. Character Building (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012).
12. Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi, Cet. IV (Yogyakarta: Arruzz-Media,
2008).
13. Islam dan Pluralisme Agama (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014).
14. Self Development: Personal, Sosial, dan Spiritual (Tulungagung: IAIN
Tulungagung Press, 2015).
15. 35 Kompasianer Merajut Indonesia (buku
bersama) (Jakarta: Kompas, 2013).
16. Merajut Kerukunan Antarumat Beragama (Tulungagung: IAIN Tulungagung
Press, 2012).
17. Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: Gre Publishing, 2011).
18. Sejarah Pemikiran Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2009).
19. “Resiko Menawarkan Pemikiran
Liberal”, dalam Ulil Abshar-Abdalla, dkk, Islam Liberal dan Fundamental:
Sebuah Pertarungan Wacana (Yogyakarta: eLSaQ, 2003).
20. Teologi Kerukunan, Mencari Titik Temu dalam Keragaman (Yogyakarta: Teras,
2011).
21. “Krisis dalam Dunia Pendidikan,
Dimensi Kemanusiaan, dan Pengembangan Nalar Spiritual”, dalam Akhyak (ed), Meniti
Jalan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).
22. Rekonstruksi Pendidikan Nasional, Membangun Paradigma yang Mencerahkan
(Yogyakarta: Teras, 2009).
23. Konservasi Lingkungan Berbasis Tradisi (Tulungagung: STAIN Tulungagung
Press, 2011).
24. Spirit Literasi (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2019).
25. Resolusi Menulis (SPN Grup, 2017).
26. The Power of Writing (Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015).
27. Dan beberapa buku lainnya.
Jumlah semua buku 47 judul
|
Inilah profil Narasumber kita hari ini, muda, karyanya banyak, luar biasa. Dan saya amati buku pertama beliau Tahun 2003.
Tibalah waktu yang ditunggu narasumber mengawali dengan salam dan memberikan pertanyaaan, apa yang mau ditulis? Dan beliau mencontohkan tulisan sederhana beliau
https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html
Beliau mencontohkan 2 tulisan yang sederhana menurut beliau. Dan beliau juga menyampaikan bahwa, pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami. Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan.
Apa yang kita alami sehari-hari. Tulis saja. Jangan takut salah atau jelek.Takutlah jika tidak menuli
Ada 4 kunci menulis itu mudah yang diberikan oleh Prof Ngainun Naim
1. Kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah
2. Kunci ke (2): jangan menulis sambil dibaca lalu diedit.
Itu menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran.Nulis itu ya nulis
Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas.Terus saja menulis.
Nah, selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu.Simpan di komputer.
Jangan dibaca dulu.Cari suasana psikologis yang berbeda.Istilahnya endapkan dulu.
Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca.Cermati kalimat demi kalimat.
Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah.jika ada typo, perbaiki.
Sebelum mengunggah ke blog atau Kompasiana, beliau selalu membaca ulang tulisan saya.
Bisa sekali atau dua kali.
Prinsip beliau sederhana: meminimalkan hal yang tidak sesuai dengan keinginannya
Kenapa? Karena tulisan kita adalah jejak kita.
Beliau mencontohkan tulisan yang berulang kali diedit.Ada yang komentar tulisan saya berat-berat, padahal ringan beliau menulis keduanya . Berat dan ringan.
Ringan itu untuk kepentingan publik karena beliau menyukai menulis apa pun.
3. Kunci ke (3) menulis tentang perjalanan.
Menurut beliau ini jenis tulisan yang mudah dibuat. Beliau mencontohkan tulisan beliau tentang perjalanan.
4. Kunci ke 4 menulis secara ngemil. Sedikit demi sedikit.
Beliau nyaris setiap hari menulis beberapa jenis tulisan.
Tidak banyak. Untuk blog atau Kompasiana, beliau menarget 3-5 paragraf.
Untuk artikel jurnal, beliau menarget 1 paragraf. Itu target minimal. Itu yang beliau perjuangkan.
Pagi beliau menulis artikel jurnal 1 paragraf.Sampai di kantor beliau menulis untuk blog.
Itulah 4 kunci yang beliau sampaikan.
Pada sesi tanya jawab , banyak pertanyaan dari peserta yang semuanya sangat bermanfaat bagi kami, Ada tiga pertanyaan yang kami cantumkan
1. Pertanyaan 1
Mau tanya Bu, saya Dewi dari Seruyan Kalteng. Kadang banyak orang yang menganggap menulis itu susah dengan barbagai macam alasan, bagaimana caranya agar kita bisa memberikan keyakinan kpd mareka bahwa menulis itu sebenarnya tidak susah? Sehingga kita bisa mengajak orang2 disekitar kita juga menyukai literasi terutama menulis ini. Terimakasih
Jawaban 1
Baik. Pertanyaan menarik dari Bu Dewi di Kalteng. Saya sejauh ini berpikir terbalik. Saya mewajibkan diri saya terus menulis. Orang lain itu tidak saya paksa untuk menulis. Jika saya menjadi teladan, mereka akan terinspirasi dan mengikuti. Sejauh ini saya memiliki banyak sekali "murid" yang menulis setiap hari. Ya, setiap hari.
2. Pertanyaan 2
Nama: Evridus Mangung- dari NTT P1. Menulislah hal-hal sederhana. Ini pernyataan yang keren dari narsum malam ini. Pertanyaannya adalah bagaimana cara untuk mengatasi hal-hal seperti kesulitan memulai menulis pada alinea awal. Sudah ada gagasan dalam kepala tetapi tidak tahu bagaimana menulisnya. Hal ini terjadi di awal-awal sebelum menulis pargaraf pertama dalam tulisan.
Jawaban
Terima kasih. Saya cukup sering membaca puisi beliau. Kesulitan itu biasanya karena persoalan psikologis. Takut jelek, takut salah, dan seterusnya. Itu harus dilawan. Caranya pokoknya ya ditulis. Bisa dilihat dari blog saya. Saya selalu mengawali tulisan dengan prolog sederhana. Ini sebagai pintu masuk untuk paragraf demi paragraf berikutnya. Kata salah seorang penulis: cara melawan kesulitan adalah dengan melakukan.
3. Pertanyaan ke 3
Imro'atus Sholihah_MTsN 4 Jombang Jatim Bagaimana agar menulis itu benar-benar mudah?
jawaban
Baik, langkah awalnya itu dipaksa. Ya, tidak ada yang benar-benar mudah dalam hidup ini. Saya bisa naik sepeda itu karena dipaksa. Ya, beberapa kali jatuh. Tapi sekarang benar-benar mudah. Ndak mikir.Dulu saya berjalan saat kecil itu juga dipaksa oleh orang tua. Sekarang benar-benar mudah.
Jadi jika menulis ingin benar-benar mudah, paksalah untuk menulis setiap hari.
Di tengah tengah tanya jawab peserta kami disuguhi vidio perjalanan menulis beliau dengan judul "Sprit Literasi dari Bumi Suci". Sungguh luar biasa perjuangan beliau untuk eksistensi menulis bukan sekali dua kali tulisan beliau ditolak. Bahkan kesulitan ekonomi tidak menyurutkan langkah beliau untuk terus berprestasi. Perjuangan tidak terhenti begitu saja. Keuletan ketekunan akhirnya berbuah juga. Tiada hari tanpa menulis itulah semangat beliau, walaupun hanya beberapa paragraf.
Sopo seng tekun bakan tekan meskipun pakai teken. Ma Sya allah semboyan yang sangat luar biasa.
Akhirnya trimakasih kepada Prof Dr Ngainun naim ilmunya, pengalamanya, motivasinya sangat berharga bagi kami, semoga kami bisa mengikuti jejak beliau.
Salam Santun